Sesungguhnya Siapakah Sebenarnya Orang Gila Menurut Islam

                   Bismillah

Nuun. Demi Pena dan apa yang mereka tulis, -
(Al-Qalam 68:1) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Sebelum kita mengenal serta memahami siapakah orang gila menurut Islam,  terlebih dahulu fahami maksud akal.  Kita sebagai MANUSIA yang dicipta oleh Allah s.w.t telah dikurniakan akal untuk berfikir agar mampu memilih mana yang benar dan batil.

Fungsi Akal
Akal itu bererti pengekang atau pengikat, maka dia berfungsi untuk mengekang dan mengikat. Apa yang mesti diikat oleh akal itu? Rasûlullâh s.a.w telah bersabda dalam jawabannya kepada Syam'ûn bin Lawi bin Yahuda – salah seorang dari hawârî 'Isâ as. tantang fungsi akal, "Sesungguhnya akal itu adalah tali yang yang harus mengikat kebodohan dan jiwa. Kebodohan itu semisal binatang yang paling susah diurus, jika dia tidak diikat, maka dia akan tersesat." 
Yang dimaksudkan dengan kebodohan di sini dalam sabda Nabi s.a.w diatas adalah potensi manusia untuk berbuat makar kepada Allâh. Pada hakikatnya manusia yang melakukan keburukan itu adalah manusia yang bodoh. Firman Allâh 'azza wa jalla, "Ketahulilah mereka itulah yang bodoh, namun mereka tidak tahu." 
Dan firman-Nya,"Ketahuilah mereka itu orang-orang yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyedari." 
Imâm 'Alî bin Abî Thâlib as berkata, "Akal itu adalah makhluk yang mempunyai pasukan Allâh Yang Maha Pemurah sedangkan hawa itu pemimpin tentera syaitan. Dan nafsu ditarik-tarik diantara keduanya, yang mana saja dari keduan kekuatan itu yang menang, maka nafsu akan berada di pihaknya." 
Adakah Kita Orang Gila (Majnûn) Menurut Islam. 
Orang yang tidak berakal itu ada dua macam;
1.Orang yang tidak berakal karena memang dia tidak mempunyai akal (ruh akalnya tidak ada). Orang semacam itu jangan kita juluki sebagai 'orang gila', kita mesti menyebutnya orang yang terkena musibah (mushâb ). 
2.Orang yang tidak berakal karena dia tidak mau menggunakan akalnya yang ada pada dirinya. Orang semacam inilah yang disebut oleh Rasûlullâh s.a.w sebagai orang gila.
Suatu hari ada orang tidak normal yang lewat ke hadapan Nabi s.a.w, lalu di antara sahabat Nabi ada yang menyebutnya majnûn (gila). Rasûl berkata, "Jangan kamu katakan dia majnûn, tetapi katakanlah dia itu mushâb (orang yang terkena musibah). Orang gila itu hanyalah orang yang mengutamakan dunia di atas akhirat." 
Dalam riwayat yang lain beliau, "Sesungguhnya orang gila itu adalah hamba (manusia) baik laki-laki atau perempuan yang menghabiskan masa mudanya dalam ketidaktaatan kepada Allâh." 
Dalam riwayat yang lain beliau berkata, "Ini bukan orang gila, maukah kukabarkan kepadamu orang gila yang sebenarnya? Orang yang sombong dalam berjalannya, yang memandang dengan kedua sudut matanya dan yang menggerak-gerakkan kedua lambungnya dengan kedua bahunya, maka itulah orang gila sedangkan ini orang yang kena bala." 
          Orang yang mengutamakan dunia di atas akhirat disebut majnûn atau orang gila, dikarenakan dia tidak menggunakan akal. Coba kita pikirkan, dunia yang fana, yang akan binasa dan yang akan kita tinggalkan ini, mengapa harus diutamakan atas akhirat yang kekal abadi yang di sana manusia akan hidup untuk selama-lamanya; apakah sengsara dan menderita ataukah senang dan bahagia. Orang yang tidak taat pada Allâh juga merupakan bagian dari orang yang mengutamakan dunia di atas akhirat, dan termasuk orang gila juga. Dan sabdanya, "Sesungguhnya orang yang berakal itu adalah orang yang patuh kepada Allâh walaupun buta penglihatannya dan rendah status sosialnya. Dan orang jahil (gila) itu adalah orang yang tidak patuh kepada Allâh walaupun tampan dan kaya." 
Ada seorang kristen dari Najrân datang ke Madinah, menurut sebagian sahabat Nabi dia itu orang yang mempunyai kewibaan dan kehebatan hingga mereka mengatakan kepada Nabi saw, "Alangkah berakal itu orang keristen ini." Kemudian Nabi menyalahkan orang-orang yang mengatakan kalimat pujian ini seraya bersabda, "Diamlah kalian! Sesungguhnya orang yang berakal itu adalah orang yang mentauhidkan Allâh." 
Imâm 'Alî bin Abî Thâlib as berkata, "Orang yang berakal itu adalah orang yang menjauhi dosa-dosa dan membersihkan cela-cela." 
Mungkin kita ini juga belum dikatakan sebagai manusia yang berakal, kecuali apabila kita benar-benar taat kepada Allâh 'azza wa jalla, mentauhidkan-Nya, menjauhi segala dosa, membersihkan akhlak tercela dan tidak mengutamakan dunia di atas akhirat.
Fahami dan renungkan firmanNya yang terkandung dalam surah Al Qalam. Maka kita akan memahami adakah kita tergolong didalam kalangan orang yang gila?

Siapakah orangnya yang gila di antara kamu semua.
(Al-Qalam 68:6) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Sesungguhnya Tuhanmu, Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya, dan Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Al-Qalam 68:7) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Oleh itu (berpegang teguhlah pada ajaran Islam yang sedang engkau amalkan, dan) janganlah engkau menurut kemahuan orang-orang yang mendustakan (agama Allah).
(Al-Qalam 68:8) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Mereka suka kalaulah engkau bertolak ansur (menurut kemahuan mereka), supaya mereka juga bertolak ansur berlemah-lembut (pada zahirnya terhadapmu).
(Al-Qalam 68:9) | <Embed> | English Translation | Tambah Nota Bookmark

Dan janganlah engkau (berkisar dari pendirianmu yang benar, dan jangan) menurut kemahuan orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina (pendapatnya dan amalannya), -
(Al-Qalam 68:10) | <Embed> | English Translation |Tambah Nota Bookmark

Yang suka mencaci, lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk memecah belahkan orang ramai), -
(Al-Qalam 68:11) | <Embed> | English Translation |Tambah Nota Bookmark

Yang sering menghalangi amalan-amalan kebajikan, yang melanggar hukum-hukum agama, lagi yang amat berdosa, -
(Al-Qalam 68:12) | <Embed> | English Translation |Tambah Nota Bookmark

Yang jahat kejam, yang selain itu tidak tentu pula bapanya.
(Al-Qalam 68:13) | <Embed> | English Translation |Tambah Nota Bookmark

Adakah kerana ia seorang hartawan dan ramai anak-pinaknya (maka ia mendustakan agama Kami)? -
(Al-Qalam 68:14) | <Embed> | English Translation |Tambah Nota Bookmark

Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat keterangan Kami, ia berkata: " (Ini ialah) cerita-cerita dongeng orang-orang dahulu kala".
(Al-Qalam 68:15) | <Embed> | English Translation |Tambah Nota Bookmark

(Orang yang bersifat demikian, akan didedahkan kehinaannya) - Kami akan adakan tanda di atas hidungnya (yang berupa belalai itu).
(Al-Qalam 68:16)

Akhir kata,  secara ringkasnya
Ciri ciri orang gila itu adalah seperti berikut, 
1.Yang suka mencaci, lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk memecah belahkan orang ramai).
2.Yang sering menghalangi amalan-amalan kebajikan, yang melanggar hukum-hukum agama, lagi yang amat berdosa.
3.Yang jahat kejam, yang selain itu tidak tentu pula bapanya.
4.Adakah kerana ia seorang hartawan dan ramai anak-pinaknya (maka ia mendustakan agama Kami)

Didalam kehidupan kita didunia ini,  walaupun kita dikata bijak pandai dan berjaya didalam kerjaya,  atau mampu mencipta sesuatu untuk kemajuan dunia namun boleh termasuk kedalam golongan orang yang gila jika dunia lebih diutamakan.

Semoga Bermanfaat Buat Semua. 



Berhenti Tiup Lilin Kek Ketika Sambut Hari Jadi Kerana Dulu Kaum Eropah Telah…..



Mulai Hari Ini,Berhenti Tiup Lilin Kek Ketika Sambut Hari Jadi Kerana Dulu Kaum Eropah Telah…..

Bertambahnya umur bagi sebahagian orang memang menjadi saat yang ingin dilalui dengan penuh kebahagiaan. Mengundang sanak saudara dan sahabat, makan bersama, hadiah-hadiah yang datang silih berganti, dan banyak lagi. Salah satu hal yang seakan-akan sudah menjadi tradisi dalam acara ulang tahun adalah meniup lilin. Rasa-rasanya sebahagian umat muslim pun masih melakukan hal ini. Namun, bagaimana islam memandang hal tersebut? Bolehkah? Atau hal tersebut merupakan sesuatu yang dilarang?

Dipetik dari laman merdeka.com, tradisi tiup lilin sudah lahir sejak zaman Yunani Kuno. Dalam sejarah disebutkan bahawa menyalakan lilin adalah sebuah cara khusus seseorang untuk membayar seperti upeti kepada dewi bulan yang terdapat dalam mitologi Yunani, yakni dewi Artemis. Pada zaman dahulu, kuih yang dipakai haruslah berbentuk bulat agar dapat melambangkan bulan dan lilin yang diletakkan di atasnya sebagai lambang cahaya bulan. Sebelum orang-orang Yunani Kuno meniup lilin, mereka terlebih dahulu akan berdoa memohon sesuatu hajat.

Asap dari lilin yang melayang di udara dianggap sebagai penghantar doa-doa mereka kepada sang dewi. Oleh kerana itu tradisi tiup lilin tidak hanya dilakukan pada saat ulang tahun, tetapi setiap kali mereka memiliki keinginan. Oleh kerana itu, tradisi meniup lilin ketika seseorang ulang tahun termasuk ke dalam aktivitas keagamaan orang-orang Yunani Kuno. Lilin juga dapat diibaratkan sebagai cahaya kehidupan bagi menurut orang-orang non-muslim.



Dalil Islam tentang Tiup Lilin saat Ulang Tahun

Oleh kerana meniup lilin pada saat ulang tahun adalah “warisan” tradisi dari budaya non-muslim, maka, Rasulullah menjelaskannya terkait hal tersebut dalam hadits di bawah ini :

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang menyerupai dengan suatu kaum, maka ia sebahagian dari kaum itu.” [HR. Abu Daawud]

Jika kita melihat pada hadits di atas, maka sebaiknya kita meninggalkan tradisi tiup lilin tersebut, kerana tradisi tiup lilin bukan merupakan tradisi umat islam dan menyerupai tradisi umat non-muslim. Tradisi tersebut juga sering dilakukan oleh kaum yahudi dan nasrani.
Alasan Umat Muslim Tidak Boleh Melakukan Tiup Lilin saat menyambut hari jadi.
Pada intinya, beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa tidak diperbolehkannya umat islam mengikuti tradisi meniup lilin dalam acara ulang tahun adalah :

Rasulullah tidak pernah mengajarkan atau menganjurkan tradisi perayaan ulang tahun termasuk di dalamnya tradisi meniup lilin. Berbahaya jika tradisi ‘tiup lilin’ seakan-akan sudah menjadi bahagian dari kewajiban di setiap tahunnya, kerana Rasulullah tidak pernah mengajarkan dan mewajibkan hal tersebut.
Pesta ulang tahun yang berlebihan merupakan salah satu sikap pemborosan yang dibenci oleh Allah. Wang yang digunakan untuk membeli lilin ulang tahun, memiliki manfaat yang lebih bernilai di mata Allah. Untuk sedekah, misalnya?
Tradisi tiup lilin bukan merupakan tradisi umat islam dan tidak dianjurkan kerana menyerupai tradisi umat non-muslim. Meniru-niru kebiasaan suatu kaum disebut juga dengan tasyabuh, dan hal tersebut dilarang di dalam islam. Sebahagian orang masih melakukan tradisi “tiup lilin” kerana tidak mengetahui bagaimana asal-usul tradisi tersebut dan apa maksud dibaliknya. Oleh karena itulah kita perlu menjadi muslim yang bijak agar dapat membezakan secara jelas mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya mengikuti sesuatu tanpa memiliki ilmu tentangnya.
Umat islam hanya memiliki 3 perayaan besar, yakni Idul Fitri, Idul Adha dan hari Jumat. Jadi ulang tahun tidak termasuk di dalamnya.
Menurut salah satu penelitian, meniup lilin yang berada di atas kek ulang tahun menjadi salah satu penyebab penyebaran bakteri, kuman atau zat-zat negatif di kek tersebut.

Tak masalah jika anda menganggap hari bertambahnya umur menjadi hari yang istimewa. Namun harus kita sedari, bahawa di hari itulah umur kita pada hakikatnya berkurang. Satu tahun dalam hidup kita telah berakhir dan tahun demi tahun akan terus berganti. Lebih baik jika hari itu kita jadikan momen untuk mensyukuri kurnia Allah yang telah menciptakan kita dan membuat kita lahir di dunia ini, mensyukuri kedua orang tua yang telah menjaga kita sejak keluar dari rahim ibu dan mensyukuri setiap masa yang telah kita lalui.

Berkurangnya umur pun dapat kita jadikan sebagai masa untuk bermuhasabah, apakah kiranya yang akan kita lakukan di sisa hidup kita dalam ketaatan kepada Allah. Mintalah kepada Allah agar Ia kurniakan ketaatan kepada kita di sisa umur kita. Tanamkanlah hal-hal positif yang telah dijelaskan sebelumnya kepada adik-adik kita atau anak-anak kita.

Sekiranya anda mahu menyambut ulang tahun kelahiran anda,tidak ada masalah dengan hanya membeli kek dan memakannya.Tapi elakkanlah daripada memasang lilin diatas kek dan meniupnya kerana itu adalah perbuatan mungkar daripada kaum lain yang mempunyai maksud tersirat.

Bertambahnya umur bagi sebahagian orang memang menjadi saat yang ingin dilalui dengan penuh kebahagiaan. Mengundang sanak saudara dan sahabat, makan bersama, hadiah-hadiah yang datang silih berganti, dan banyak lagi. Salah satu hal yang seakan-akan sudah menjadi tradisi dalam acara ulang tahun adalah meniup lilin. Rasa-rasanya sebahagian umat muslim pun masih melakukan hal ini. Namun, bagaimana islam memandang hal tersebut? Bolehkah? Atau hal tersebut merupakan sesuatu yang dilarang?

Dipetik dari laman merdeka.com, tradisi tiup lilin sudah lahir sejak zaman Yunani Kuno. Dalam sejarah disebutkan bahawa menyalakan lilin adalah sebuah cara khusus seseorang untuk membayar seperti upeti kepada dewi bulan yang terdapat dalam mitologi Yunani, yakni dewi Artemis. Pada zaman dahulu, kuih yang dipakai haruslah berbentuk bulat agar dapat melambangkan bulan dan lilin yang diletakkan di atasnya sebagai lambang cahaya bulan. Sebelum orang-orang Yunani Kuno meniup lilin, mereka terlebih dahulu akan berdoa memohon sesuatu hajat.



Asap dari lilin yang melayang di udara dianggap sebagai penghantar doa-doa mereka kepada sang dewi. Oleh kerana itu tradisi tiup lilin tidak hanya dilakukan pada saat ulang tahun, tetapi setiap kali mereka memiliki keinginan. Oleh kerana itu, tradisi meniup lilin ketika seseorang ulang tahun termasuk ke dalam aktivitas keagamaan orang-orang Yunani Kuno. Lilin juga dapat diibaratkan sebagai cahaya kehidupan bagi menurut orang-orang non-muslim.

Dalil Islam tentang Tiup Lilin saat Ulang Tahun

Oleh kerana meniup lilin pada saat ulang tahun adalah “warisan” tradisi dari budaya non-muslim, maka, Rasulullah menjelaskannya terkait hal tersebut dalam hadits di bawah ini :

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang menyerupai dengan suatu kaum, maka ia sebahagian dari kaum itu.” [HR. Abu Daawud]

Jika kita melihat pada hadits di atas, maka sebaiknya kita meninggalkan tradisi tiup lilin tersebut, kerana tradisi tiup lilin bukan merupakan tradisi umat islam dan menyerupai tradisi umat non-muslim. Tradisi tersebut juga sering dilakukan oleh kaum yahudi dan nasrani.
Alasan Umat Muslim Tidak Boleh Melakukan Tiup Lilin saat menyambut hari jadi.
Pada intinya, beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa tidak diperbolehkannya umat islam mengikuti tradisi meniup lilin dalam acara ulang tahun adalah :

Rasulullah tidak pernah mengajarkan atau menganjurkan tradisi perayaan ulang tahun termasuk di dalamnya tradisi meniup lilin. Berbahaya jika tradisi ‘tiup lilin’ seakan-akan sudah menjadi bahagian dari kewajiban di setiap tahunnya, kerana Rasulullah tidak pernah mengajarkan dan mewajibkan hal tersebut.
Pesta ulang tahun yang berlebihan merupakan salah satu sikap pemborosan yang dibenci oleh Allah. Wang yang digunakan untuk membeli lilin ulang tahun, memiliki manfaat yang lebih bernilai di mata Allah. Untuk sedekah, misalnya?
Tradisi tiup lilin bukan merupakan tradisi umat islam dan tidak dianjurkan kerana menyerupai tradisi umat non-muslim. Meniru-niru kebiasaan suatu kaum disebut juga dengan tasyabuh, dan hal tersebut dilarang di dalam islam. Sebahagian orang masih melakukan tradisi “tiup lilin” kerana tidak mengetahui bagaimana asal-usul tradisi tersebut dan apa maksud dibaliknya. Oleh karena itulah kita perlu menjadi muslim yang bijak agar dapat membezakan secara jelas mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya mengikuti sesuatu tanpa memiliki ilmu tentangnya.
Umat islam hanya memiliki 3 perayaan besar, yakni Idul Fitri, Idul Adha dan hari Jumat. Jadi ulang tahun tidak termasuk di dalamnya.
Menurut salah satu penelitian, meniup lilin yang berada di atas kek ulang tahun menjadi salah satu penyebab penyebaran bakteri, kuman atau zat-zat negatif di kek tersebut.

Tak masalah jika anda menganggap hari bertambahnya umur menjadi hari yang istimewa. Namun harus kita sedari, bahawa di hari itulah umur kita pada hakikatnya berkurang. Satu tahun dalam hidup kita telah berakhir dan tahun demi tahun akan terus berganti. Lebih baik jika hari itu kita jadikan momen untuk mensyukuri kurnia Allah yang telah menciptakan kita dan membuat kita lahir di dunia ini, mensyukuri kedua orang tua yang telah menjaga kita sejak keluar dari rahim ibu dan mensyukuri setiap masa yang telah kita lalui.

Berkurangnya umur pun dapat kita jadikan sebagai masa untuk bermuhasabah, apakah kiranya yang akan kita lakukan di sisa hidup kita dalam ketaatan kepada Allah. Mintalah kepada Allah agar Ia kurniakan ketaatan kepada kita di sisa umur kita. Tanamkanlah hal-hal positif yang telah dijelaskan sebelumnya kepada adik-adik kita atau anak-anak kita.

Sekiranya anda mahu menyambut ulang tahun kelahiran anda,tidak ada masalah dengan hanya membeli kek dan memakannya.Tapi elakkanlah daripada memasang lilin diatas kek dan meniupnya kerana itu adalah perbuatan mungkar daripada kaum lain yang mempunyai maksud tersirat.

Jika anda mahu memberi hadiah kepada seseorang yang berulang tahun pun, tidak masalah. Saling memberi hadiah sesama muslim sangat dianjurkan oleh Rasulullah Shalallahu a’laihi wassalam, kerana dengan itu kita akan saling mencintai satu sama lain.

Seandainya mahu melakukan sebuah perayaan seperti makan-makan bersama dengan sanak saudara, mengudang jiran dan teman-teman, maka niatkanlah itu untuk ibadah dan janganlah berlebihan. Niatkanlah perayaan itu untuk memberi rezeki yang kita miliki kepada orang lain dalam bentuk makanan atau untuk bersedekah, sehingga kita tidak menggunakan rezeki yang telah diberikan oleh Allah kepada kita untuk hal-hal yang sia-sia.


Berikut video penjelasan daripada Ismaik menk dan Ustaz Abdul Somad


Kesalahan Suami Terhadap Isteri

===> Halaman Sebelumnya

5. Sikap keras, kasar, tidak lembut terhadap isteri
Rasulullah s.a.w bersabda: “Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik–baik kalian adalah yang paling baik tehadap isteri-isterinya.” {H.R. at-Tirmidzi, disahihkan oleh Syeikh Albani}

Maka suami hendaklah berakhlak baik terhadap isterinya dengan bersikap lembut & menjauhi sikap kasar.

6. Kesombongan suami membantu isteri dalam urusan rumahtangga
Ini kesalahan yang paling banyak MENJANGKITI para suami. Padahal lelaki yang paling UTAMA yakni Rasulullah s.a.w tidak segan untuk membantu pekerjaan isterinya.

Ketika Aisyah r.a ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w di rumahnya, beliau menjawab:

“Beliau membantu pekerjaan isterinya & jika datang waktu solat, maka beliau pun keluar untuk solat.” {H.R. Bukhari}

7. Menyebarkan rahasia dan aib isterinya
“Sesungguhnya diantara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang menggauli isterinya & isterinya menggaulinya kemudian dia menyebarkan rahasia-rahasia isterinya.” {H.R. Muslim}

Dalam hadith ini diHARAMkan seorang suami menyebarkan apa yang terjadi antara dia dengan isterinya terutama perilaku keduanya di tempat tidur. Juga diharamkan menyebutkan perinciannya, serta apa yang terjadi pada isterinya baik berupa perkataan maupun perbuatan lainnya.

8. Sikap terburu-buru dalam menceraikan isteri
Wahai suami yang mulia, sesungguhnya hubungan antara engkau & isterimu adalah hubungan yang kuat lagi suci, oleh karena itu Islam menganggap penceraian adalah perkara besar yang tidak boleh diremehkan karena penceraian akan menyeret kepada kerusakan, kacau balaunya pendidikan anak dsb. Dan hendaknya perkataan cerai/talak itu tidak digunakan sebagai bahan gurauan/mainan. Karena Rasulullah s.a.w telah bersabda:

“Ada 3 hal yang kesungguhannya dan gurauannya sama-sama dianggap sungguh-sungguh yaitu: NIKAH, TALAK (cerai) dan RUJUK.” {H.R. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dinilai “hasan” oleh asy-Syeikh Albani}

Memang perselisihan antara suami isteri sering terjadi kadang sampai mengarah kepada penceraian. Akan tetapi penceraian ini tidak boleh dijadikan sebagai langkah pertama dalam penyelesaian perselisihan ini. Bahkana harus diusahakan berbagai cara untuk menyelesaikannya, karena kemungkinan besar akan banyak rasa penyesalan yang ditimbulkan dikemudian hari kelak.

Rasulullah s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgahsananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus para tentaranya. Maka tentara yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya (penyesatannya). Maka datanglah salah satu tenteranya dan melapor: Aku telah melakukan ini dan itu, maka Iblis berkata: Engkau belum melakukan apa-apa, kemudian datanglah tentara yang lain dan melapor: Aku telah menggodanya hingga akhirnya aku menceraikannya dengan isterinya. Maka Iblis pun mendekatkan tentara syaitan ini di sisinya lalu berkata: Engkau tentara terbaik.” {H.R. Muslim}

9. Berpoligami tanpa memperhatikan ketentuan syari’at
Menikah untuk kedua kali, ketiga dan keempat kali merupakan salah satu perkara yang Allah syariatkan. Akan tetapi yang menjadi catatan di sini bahwa sebahagian orang yang ingin menerapkan syariat ini/telah menerapkannya tidak memperhatikan sikapnya yang tidak memenuhi kewajiban serta tanggungjawab terhadap isteri. Terutama isteri pertama & anak-anaknya.

“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja.” {Al-Quran, Surah An-Nisa : 3}

Sikap ini merupakan KEADILAN yang diperintahkan Allah s.w.t. Memang benar berpoligami merupakan syariat Islam, tetapi jika seseorang tidak mampu melaksanakannya dengan baik & tidak memenuhi syarat-syaratnya maka tidak boleh memikul tanggungjawabnya, bila dilakukan maka menjuruskan kerusakan sebuah rumahtangga, menghancurkan anak-anak & menambah permasalahan keluarga & juga kepada masyarakat. Maka fikirkanlah akibatnya & perhatikanlah dengan saksama perkaranya sebelum masuk kelayakan ke’dalam’nya.

10. Lemahnya kecemburuan
Para suami memBIARkan kemolekan, keindahan & kecantikan isterinya DINIKMATI & DIPERTONTONkan oleh ramai orang. Dia memBIARkan isterinya menampakkan auratnya ketika keluar rumah, membiarkan berkumpul dengan lelaki-lelaki lain. Bahkan sebahagian ada yang BANGGA karena telah memiliki isteri yang cantik yang boleh dinikmati ‘pandangan’ kebanyakan orang.

Padahal wanita di mata Islam adalah makhluk yang SANGAT mulia, sehingga keindahan & keelokannya hanya diperuntukkan atau DIKHUSUSkan buat suaminya saja dan tidak sesekali di’jaja’ sebebasnya kemana-mana.

Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap istrinya tidak akan membiarkan isterinya berjabat tangan dengan lelaki lain yang BUKAN mahram.

“Ditusukkan kepala seorang lelaki dengan jarum dari besi lebih baik daripada dia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” {lihat dalam ash-Shahihah : 226}

Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap isterinya, dia akan memperhatikan sabda Rasulullah s.a.w:

“Janganlah kalian masuk menemui para wanita.” lalu seorang Ansar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan al-hamwu (kerabat suami/ipar )?” Beliau mengatakan, “Al- hamwu (ipar) adalah kematian.” {Muttafaq ‘alaih}

Perhatikan juga ancaman Rasulullah s.a.w terhadap lelaki yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarga (isteri):

“Tiga golongan yang Allah s.w.t tidak akan melihat mereka pada hari kiamat iaitu seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lelaki dan ad-Dayyuts” {H.R. An-Nasa’i dinilai ‘hasan’ oleh syeikh Albani, lihat ash-Shahihah : 674}

Dan ad-Dayyuts (dayus) adalah LELAKI yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarganya. Kecemburuan yang membawa kearah pendidikan agama dan bukannya cemburu buta. Dan berkaitan tentang dayus,  anda boleh membacanya disini ===> Adakah Anda Seorang Lelaki Yang Dayus?

Semoga bermanfaat buat kita semua khususnya buat mereka yang bergelar sebagai SUAMI. insyaAllah

===> Halaman Sebelumnya


Kesalahan Suami Terhadap Isteri


Kesalahan Suami Terhadap Isteri.

 Keutuhan sebuah rumahtangga sangat dipengaruhi oleh baiknya kepemimpinan seorang suami (sebagai ketua keluarga) dalam membina keluarganya. Lebih-lebih lagi adalah SIKAP & PERILAKUnya dalam bergaul dengan isterinya.

 Suami isteri sebagai tokoh UTAMA dan juga sebagai imam dalam sesebuah rumahtangga, bila mengalami kerusakan maka bangunan rumahtangga pun akan runtuh. Disebabkan hubungan ini seharusnya sangat dijaga dengan memperhatikan HAK & KEWAJIBAN masing-masing. Bagi suami isteri harus saling menunaikan kewajibannya setelah itu baru boleh mendapatkan apa yang menjadi haknya.

 Jika kita melihat kenyataan dalam masyarakat, dua sikap suami yang saling bertentangan dalam menyantuni isteri mereka, sikap inilah yang perlu di ambil perhatian, hal ini dapat menimbulkan masalah yang berujung dengan sebuah perceraian.

Pertama, suami yang meremehkan isterinya, yang mensia – siakan hak-haknya & melakukan pelbagai kesalahan berkaitan dengan hak isterinya.

 Kedua, suami melepaskan kendalinya terhadap isteri & membebaskannya begitu saja (dalam kata lain, , suami ber ‘LEPAS TANGAN’).

 Allah berfirman dalam Al-Quran, Surah An Nisa : 34 : “Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki atas sebahagian yang lain (wanita) & mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yg soleh, ialah yang taat Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita- wanita yg kamu khuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka & pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka & pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari–cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”

 Sepertimana seorang isteri mempunyai kesalahan, maka seorang suamilah yang wajib mendidik mereka dan jika dibiarkan kesalahan dan dosa maka seorang suami itu boleh dianggap dayus.
Berkaitan tentang dayus,  anda boleh membacanya disini ===> Adakah Anda Seorang Lelaki Yang Dayus?

Dan anda juga boleh membaca seterusnya disini berkaitan tanda tanda seorang isteri yang nusyuz
===> 7 tanda-tanda awal isteri derhaka kepada suami.

Dan dibawah ini adalah beberapa kesalahan seorang suami terhadap seorang isteri.
 Berikut ini adalah 10 (sepuluh) KESALAHAN-KESALAHAN suami yang banyak dilakukan, yang kesemuanya berdasarkan kepada dua sikap keliru tipe para suami diatas:

 1. Tidak mengajarkan AGAMA dan HUKUM syariat Islam kepada isteri 
Banyak kita temui bahwa para isteri tidak mengetahui bagaimana cara sholat yang betul, hukum haid & nifas, bertingkah laku/berperilaku terhadap suami secara tidak Islami & tidak mendidik anak-anak secara Islam. Bahkan ada yang terjerumus ke dalam pelbagai jenis kesyirikan. Yang menjadi fokus perhatian seorang isteri hanyalah bagaimana cara memasak & menghidangkan makanan tertentu, cara berdandan yang cantik dan sebagainya.

Tidak lain semua kerana tuntutan suami, sedangkan masalah AGAMA, terutama ibadahnya tidak pernah ditanyakan oleh suami.
 Padahal Allah s.w.t berfirman yang bermaksud: “Hai orang–orang yang beriman, peliharalah dirimu & keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia & batu, penjaganya malaikat – malaikat yang kasar, keras & tidak mendurhakai Allah terhadap apa yg di perintahkan-Nya kepada mereka & selalu mengerjakan apa yang diperintakan” {Al-Quran, Surah At-Tahrim:6}

 Maka para suami diminta untuk tidak sesekali mengABAIkan hal ini, karena semuanya akan diminta dipertanggungjawaban atasnya. Hendaklah benar-benar mengajarkan agama kepada isterinya, baik dilakukan sendiri atau melalui perantara. Antara lain yang dapat dilakukan; menghadiahkan buku-buku tentang Islam & hukum-hukumnya serta berbincang bersama-sama, kaset/cd ceramah, mengajak isterinya menghadiri ke majlis-majlis ILMU yang disampaikan oleh orang-orang yang berilmu dsb.. (yang paling praktis.. ajaklah solat berjamaah di rumah atau di masjid )

 2. Suka mencari kekurangan & kesalahan isteri 
Dalam suatu hadith riwayat Bukhari & Muslim, Rasulullah s.a.w melarang lelaki yang berpergian dalam waktu yang lama, pulang menemui keluarganya di waktu malam, karena dikhawatirkan akan mendapati berbagai kekurangan isteri & cela isterinya. Bahkan suami diminta bersabar & menahan diri dari kekurangan yang ada pada isterinya, juga ketika isteri tidak melaksanakan kewajibannya. Karena suami juga mempunyai kekurangan & celaan, seperti sabda Rasulullah:

 “Janganlah seorang suami yang beriman membenci isterinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya.” {H.R. Muslim}

 3. Memberi hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan isteri 
Ini termasuk bentuk kezaliman terhadap isteri, antara lain iaitu: Menggunakan pukulan di tahap awal pemberitahuan hukuman {lihat Al-Quran, Surah An-Nisa : 34}

Mengusir isteri dari rumahnya tanpa ada kebenaran secara syar’ie {lihat Al-Quran, Surah Ath-Thalaq : 1}
Memukul wajah, mencela dan menghina. Dalam as-Sunan dan al-Musnan dari

Mu’awiyah bin Haidah al-Qusyairi bahawa ia berkata: “Ya Rasulullah, apakah HAK isteri atas suaminya? Nabi s.a.w menjawab: “Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya …..” {H.R. Ibnu Majah disahihkan oleh Syeikh Albani}

 4. Culas dalam memberi nafkah kepada isteri
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun yaitu bagi orang yang hendak menyempurnakan penyusuan itu; dan kewajiban ayah ialah memberi makan dan pakaian kepada isterinya itu menurut cara yang sepatutnya. Tidaklah diberatkan seseorang melainkan menurut kemampuannya. Janganlah menjadikan seseorang ibu itu menderita karena anaknya, dan (jangan juga menjadikan) seseorang ayah itu menderita karena anaknya; dan waris juga menanggung kewajiban yang tersebut (jika si ayah telah tiada). kemudian jika keduanya (suami isteri berkeinginan menghentikan penyusuan itu dengan persetujuan (yang telah dicapai oleh) mereka sesudah berunding, maka mereka berdua tidaklah salah (melakukannya). Dan jika kamu hendak beri anak-anak kamu menyusu kepada orang lain, maka tidak ada salahnya bagi kamu apabila kamu serahkan (upah) yang kamu berikan itu dengan cara yang patut. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, serta ketahuilah, sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apapun yang kamu lakukan.” {Al-Quran, Surah Al-Baqarah : 233}

 Isteri BERHAK mendapatkan nafkah, kerana dia telah membolehkan suaminya bersenang–senang kepadanya, dia telah mentaati suaminya, tinggal di rumahnya, mengasuh & mendidik anak-anaknya. Dan jika isteri mendapati suaminya culas dalam memberi nafkah, bakhil, tidak memberikan nafkah kepadanya tanpa ada pembenaran syar’i, maka dia boleh mengambil harta suami untuk mencukupi keperluannya secara ma’ruf (tidak berlebihan) meskipun tanpa sepengetahuan suaminya.

 Sabda Rasulullah s.a.w: “Jika seorang muslim mengeluarkan nafkah untuk keluarganya sedangkan dia mengharapkan pahalanya, maka nafkah itu adalah sedekah baginya.” {Muttafaq ‘alaih}

===> Halaman Seterusnya

Halaman Dunia Berbicara

Ciri - ciri dan sifat Wanita Solehah menurut Islam. Halaman-dunia

Read More Here